14 Mei 2007
Ust Dr Abdullah Yasin
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجَلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنَّى أخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأخفَاهَا حتَّى لاَ تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَلِيْلً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
Terjemahan:
Daripada Abi Hurairah (ra) bahwa Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda: Ada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindunganNya:
1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang taat kepada Allah sejak kecil.
3. Lelaki yang terpaut hatinya dengan masjid.
4. Dua orang yang saling kasih-mengasihi karena Allah.
5. Lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”.
6. Orang yang bersedekah secara sembunyi sehingga tidak mengetahui tangan kirinya apa yang diberi oleh tangan kanannya.
7. Orang yang bermunajat kepada Allah sambil menggelinangkan airmatanya.
[Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim]
Uraian Al-Hadis:
Di dalam hadis di atas baginda Rasul (sallallahu alaihi wasalam) menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang berada di bawah naungan ‘arasy Allah pada Hari Kiamat. Mereka akan terhindar dari terik panas matahari dan bahangnya ketika di Padang Masyar. Merekalah golongan yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat karena memiliki salah satu daripada tujuh sifat di bawah ini:
1. Imam yang adil:
Yang dimaksudkan dengan imam di sini ialah sultan atau hakim atau qadi atau siapa saja yang menjadi pemimpin samada pemimpin ‘am atau pemimpin khas. Adapun yang dimaksudkan dengan adil ialah menghukum dengan adil dan seksama, tidak berdasarkan hawa nafsu dan tidak pula menerima rasywah.
Oleh itu seorang pemimpin mestilah bersih daripada sifat zalim sebab tugas utama para pemimpin adalah justeru untuk membasmi kezaliman. Barangkali inilah yang diisyaratkan oleh Allah dalam ayat berikut:
قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia” Ibrahim berkata: “(dan saya mohon juga) dari keturunanku”, Allah berfirman: “JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”.
(Al Baqarah 2:124)
2. Pemuda yang taat beribadat kepada Allah sejak kecil:
Remaja yang taat beribadah kepada Allah sejak umur muda lagi. Mereka telah dilatih untuk menghormati hukum-hakam Allah sejak kecil iaitu dengan melaksanakan suruhanNya dan menjauhi laranganNya. Golongan inilah yang boleh diharapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang akan membawa negara ke arah negara makmur yang diredhai Allah (Baldatun thaiyibatun Wa Rabbun Ghafuur).
Allah SWT memuji pemuda-pemuda Ashhaabul Kahfi dalam firmanNya:
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
(Al-Kahfi 18:13)
Dan setelah kita memahami akan hakekat ini maka sangat tepatlah sekiranya pengisian program “Rakan Muda” lebih mengarah kepada pembentukan muda-mudi yang bertaqwa kepada Allah. Mereka bukan hanya mahir dalam bidang sains dan teknologi tetapi juga patuh dan taat kepada undang-undang Allah.
3. Lelaki yang terpaut hatinya dengan masjid:
Masjid adalah tempat yang paling mulia di atas muka bumi. Sebaliknya tempat yang paling buruk di atas muka bumi adalah pasar. Ini memberi gambaran bahwa orang yang hatinya selalu teringat kepada masjid adalah orang yang saleh. Mereka pastikan setiap hari dapat melakukan solat wajib secara berjamaah. Ini tidak bermakna setiap waktu mereka mesti berda di dalam masjid.
Diriwayatkan bahwa baginda Rasul (sallallahu alaihi wasalam) segera membena pasar Madinah setelah beliau selesai membena masjid Nabawy. Ini memberi gambaran bahwa manusia yang sempurna mestilah membuat keseimbangan antara keperluan jasmani dan rohani. Fungsi masjid bukan hanya untuk beribadat kepada Allah dalam pengertiannya yang khusus tetapi juga berperanan untuk mencerdaskan minda umat melalui majlis ilmunya dan memperkokoh perpaduan umat melalui solat berjamaahnya dan lain-lain lagi.
4. Dua orang yang saling kasih-mengasihi karena Allah:
Islam adalah agama yang berteraskan cinta kepada Allah dan bersama-sama mengharap keredaan Allah berdasarkan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam). Oleh yang demikian, jika persahabatan kita dengan seseorang berdasarkan perinsip itu maka kita akan mendapat kemuliaan di sisi Allah kelak di akhirat.
Sikap saling kasih-mengasihi karena Allah hendaklah dibuktikan dengan menghidupkan semangat amar ma’ruf nahi munkar terhadap sesama kita. Sifat saling nasehat-menasehati dan saling tegor-menegor kepada kebenaran mestilah diwujudkan untuk bersama-sama mentaati ajaran Allah. (Watawaashau Bil Haq).
Atas dasar ini, kita dilarang oleh agama menjalin persahabatan sesama kita hanya atas dasar kepentingan dunia semata-mata umpamanya menjalin hubungan dengan seseorang hanya ingin mendapat kemudahan duniawy di balik persahabatan itu.
5. Lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”.
Wanita selalu diperalat oleh syaitan untuk menggugat ketaqwaan seorang lelaki. Lebih-lebih lagi kalau justeru mereka yang mengajak lelaki buat serong. Sungguh banyak lelaki yang goyang imannya jika mendapat pelawaan tersebut kecuali mereka yang mendapat rahmat dan perlindungan Allah.
Lelaki yang benar-benar takut kepada Allah akan menolak rayuan syaitan betina itu. Atau sebaliknya, wanita yang benar-benar bertaqwa akan menolak godaan syaitan jantan tersebut. Mereka akan berkata: “Aku takut kepada (azab) Allah”.
Manusia jenis inilah barangkali yang ingin digambarkan oleh Allah SWT melaui kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
“Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memnuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.
(Yusuf 12:33)
6. Orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
Rasul (sallallahu alaihi wasalam) menggambarkan manusia yang ikhlas ketika bersadakah seperti tangan kanan. Walaupun jaraknya sangat dekat dengan tangan kiri (manusia) namun dia tidak mengetahui apa yang tangan kanan nafkahkan.
Gambaran ini menyatakan kepada kita bahwa manusia yang ikhlas beramal semata-mata mengharap keredaan dan ganjaran daripada Allah, bukan sanjungan dan pujian manusia lain. Ini tidak bermakna kita tidak dibolehkan bersedekah secara terang-terangan. Tetapi bersedekah secara senyap adalah lebih baik daripada terang-terangan sebab ia lebih selamat daripada riyak dan takabbur.
Ini sebagaimana firman Allah:
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu”.
(Al-Baqarah 2:271)
7. Orang yang bermunajat kepada Allah sambil menggelinangkan air matanya.
Rasul (sallallahu alaihi wasalam) menyatakan dalam bahagian ini betapa besarnya ganjaran yang Allah akan berikan kepada orang yang menangis karena takut kepada azab Allah. Lebih-lebih lagi ketika sujud atau sedang membaca Al-Quran atau ketika berdoa memohon ampun kepada Allah pada dua pertiga malam ke atas dosa masa silam.
Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) pernah menggambarkan hakekat ini di dalam hadisnya:
Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka, iaitu mata yang menangis karena takut (azab) Allah dan mata yang berjaga ketika berjihad pada jalan Allah”.
[Hadis Riwayat Tarmidzi]
dipetik dari
http://www.al-nidaa.com.my/artikel.php?id=196&action=view
No comments:
Post a Comment